QASIDAH PILIHAN TITI SAID VOL. 2

Jalan-jalan ke pasar pagi Dapat semangka bertangkai dua Lama tak posting dalam blog ini Sekarang hadir kembali bersua

Itulah sebait pantun sebagai salam pembuka dari kami kepada Anda sekali para penggemar album Qasidah atau Gambus bahkan ketika masa kecil saya dulu juga sering disebut Irama Padang Pasir. Postingan kali ini, kami persembahkan 13 lagu alunan suara merdu Titi Said yang mudah-mudahan ada diantaranya yang merupakan lagu kenangan bagi Anda.

Kami sangat menyadari bahwa beberapa lagu dalam album yang kami posting kali ini sedikit kurang bagus. Hal ini sepertinya memang ada kesalahan dalam proses perekaman. Ada beberapa lagu yang kondisi rekamannya tidak balanc antara suara left dengan suara right. Lagu "Selimut Putih" dalam album ini merupakan ciptaan Prof. H. Ahmad Baqi yang juga sudah pernah kami posting dalam blog ini, namun dibawakan oleh El-Surayya Group Medan. Demikian juga lagu "Panggilan Ka'bah" yang merupakan ciptaan Dra. Hj. Nur Asiah Djamil, versi Vocalis Titi Said.
Selamat mendownload...... JIKA menemukan masalah dalam proses download, beritahukan kepada kami, supaya dapat segera diatasi.

Pengertian Qasidah

Pengertian kasidah yang terdapat dalam khazanah kesusasteraan Indonesia mirip dengan kasidah yang ada dalam sastra Arab. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa kasidah merupakan “bentuk puisi, berasal dari kesusateraan Arab, bersifat pujian (satire, keagamaan), biasanya dinyanyikan (dilagukan)” (Tim Penyusun Kamus, 1988:493). Meskipun demikian, istilah tersebut berbeda dengan istilah yang sama yang terdapat dalam ungkapan “lagu kasidah” yang umumnya berbahasa Indonesia. Istilah kasidah menurut Ma’luf dan Cowan dalam Syihabuddin (1997:16) berasal dari kata qasada yang salah satu bentuk infinitifnya ialah qasid atau qasidah dan berarti ‘dimaksudkan’, ‘disengaja’, dan ‘ditujukan kepada sesuatu’. Al-Hasyimi (t.t) dalam Syihabuddin (1997:16) mengungkapkan bahwa qasidah ialah syair yang larik-larik baitnya sempurna. Sebuah sya’ir disebut kasidah karena kesempurnaannya dan kesahihan wazannya, karena pengungkapnya menjadikannya sebagia hiburan, menghiasinya dengan kata-kata yang baik dan terpilih; karena kasidah itu diungkapkan dari hatinya dan perasaannya, bukan dari penalarannya semata. Sementara itu Nicholson (1962:76-77) menegaskan bahwa pengertian kasidah itu berpusat pada masalah bentuk struktur, persajakan akhir, dan jumlah baitnya. Yang mirip dengan Nicholson di atas ialah pendapat Houtsma (1927:952) yang mengatakan bahwa kasidah merupakan sebuah istilah yang menunjukkan suatu jenis sya’ir yang sangat panjang. Kata kasidah itu sendiri menunjukkan kepada fungsinya, yaitu ditujukkan untuk memuji (“madaha”) kabilahnya atau seseorang, sehingga si penyair beroleh suatu hadiah, atau dimaksudkan untuk mencela suatu kabilah atau seseorang yang dibencinya. Jadi, kasidah ini dapat berbentuk satire maupun ode. Selanjutnya Houtsma dalam Syihabuddin (1997:17) menegaskan bahwa sebuah kasidah memiliki struktur penceritaan tertentu. Yaitu ia diawali dengan unsur “nasib” atau “gazal” (kerinduan kepada kekasih, kampung halaman, atau berupa percintaan). Setelah itu dilanjutkan kepada unsur kedua berupa gambaran petualangannya dan perjalanannya tatkala pergi menuju kekasihnya dan kampung halamannya. Pada bagian inilah biasanya si penyair menggambarkan kehebatan kudanya, untanya, keganasan padang pasir, dan keberaniannya dalam menghadang bintang buas. Kemudian unsure kedua ini diikuti unsur ketiga berupa inti kasidahnya, yaitu memuji atau mencela seseorang atau suatu kabilah. Kemudian kasidahnya ditutup dengan ajaran-ajaran moral. Namun dalam perkembangan selanjutnya, kasidah tidak lagi memegang seluruh konvensi di atas. Di antara konvensi yang ditinggalkannya ialah struktur penceriataan kasidah. Dan sebagian penyair pun menggunakan konvensi ‘arudl secara lebih longgar. Hal ini terjadi pada perkembangan syair periode modern. Dengan demikian, dapatlah ditegaskan bahwa kasidah sebelum periode modern merupakan syair panjang yang terikat oleh konvensi ‘arudl, bersifat madah (ode) atau hija’ (satire), dan memiliki struktur penceriataan yang terdiri atas tiga unsur sehingga menjadikannya panjang. Dewasa ini konvensi tersebut tidak lagi dipegang seketat pada periode sebelum modern. Menurut Djohan (2006:43-44), kedekatan suara dengan keseharian manusia kemudian membuka peluang untuk melihat suara dari berbagai sudut pandang yang lain. Dari kacamata psikologi misalnya, pemahaman seseorang mengenai suara sangat tergantung pada bagaimana persepsi orang tersebut terhadap apa yang ia dengar. Persepsi ini dipengaruhi pengalaman musikal dan pengalaman sosial budaya. Sebagai contoh seorang tentara akan terbiasa dengan letusan senjata karena merupakan bagian dari latihan sehari-hari, namun bagi masyarakat awam, bunyi letusan senjata dapat dengan segera memicu ketakutan akan terjadinya suatu hal yang buruk. Pemahaman terhadap suara dan musik juga sangat dipengaruhi faktor budaya. Masyarakat Barat akan segera mempersepsikan nada-nada gamelan yang pentatonik sebagai “musik Timur” dan sebaliknya seorang pengrawit yang mendengar repertoar musik klasik akan segera menganalogikannya dengan “musik Barat”. Selain itu, setiap budaya pada umumnya juga memiliki jenis musik yang khas. Pemahaman tentang aspek psikobiologis suara berawal dengan pengertian bahwa perubahan getaran udara sebenarnya adalah musik. Jauh sebelum pembentukan ontogenetik dan filogenetik suara musik, fenomena akustik yang ditemukan sudah merupakan nilai-nilai terapi musik. Fenomena akustik ini membuat orang dapat menghargai dan menentukan kembali suara eksternal serta menerjemahkan suara tersebut ke dalam bahasa musik. Akustik, suara, vibrasi, dan fenomena motorik sudah sejak ovum dibuahi oleh sperma untuk membentuk manusia baru. Pada saat itu terdapat berbagai proses yang melingkupi telur dalam kandungan, berproduksi dengan gerakan dinamis, mempunyai vibrasi, dan memiliki suara tersendiri. Misalnya, bunyi yang dihasilkan oleh dinding rahim, urat nadi, aliran darah yang mengalir bisikan suara ibu, suara dan desah nafas, mekanisme gerakan dan gesekan tubuh bagian dalam, gerakan otot, proses kimiawi dan enzim, serta banyak lainnya. Semua ini dapat dikelompokkan sebagai sebuah kesempurnaan suara. Montello ((2004:41) menghubungkan jenis musik dengan aspek kecerdasan musik manusia, pertama, adalah musik badan, menurut ilmu pengetahuan dan falsafah yoga, terdapat lima tingkat fungsional yang membentang di seluruh spektrum kesadaran manusia. Dari yang paling kasar sampai yang paling halus, kesadaran itu meliputi tingkat badan fisik, badan energi/napas, pikiran, intuisi/intelek, dan kebahagiaan. Selanjutnya jenis musik energi, dimana mempengaruhi kekuatan untuk hidup. Menurut Gurdjieff dalam Montello (2004:73); Waktu adalah napas, Dunia napas/energi menyediakan hubungan antara material badan yang lebih padat dan dunia pikiran yang lebih halus. Menurut Hazrat Inayat Khan (1983:201), seorang ahli sufi, napas adalah hasil dari arus [yang] mengalir tidak hanya lewat badan, tetapi juga lewat semua bidang keberadaan manusia arus dari seluruh alam adalah napas sebenarnya itu adalah satu napas tetapi sekaligus banyak napas. Sumber energi sebenarnya adalah kerangka getaran yang di seputarnya terbentuk badan fisik. Dalam teori Jenny tentang partikel besi lemah, tiba-tiba hidup dan mengatur diri menjadi pola orsinil ketika nada berneda yang bergetar menjadi bidang logam tempat mereka istirahat. Artinya jenis musik dengan nada gembira mampu mempersatukan partikel-partikel besi lemah tersebut menjadi bentuk indah yang tertata rapi. Demikian pula, setiap jenis musik akan mempengaruhi sekitar kehidupan dan dinamika yang didekatnya sehingga membentuk sesuatu karena pengaruh getaran nada dan gelombang musik tersebut. Musik dapat bernilai karena termasuk seni yang mampu membangun keselarasan, keseimbangan dan keindahan peradaban manusia, dan mengapa seni musik disebut sebagai seni surgawi, sementara seni yang lain tidak disebut seperti itu? Yang jelas melihat Tuhan ada dalam semua jenis kesenian dan ilmu pengetahuan. Namun, hanya seorang musisi sufistik saja yang, mampu melihat Tuhan bebas dari segala bentuk dan pemikiran. Dalam tiap kesenian yang lain terdapat nilai pengidolaan. Setiap pemikiran, setiap kata, memiliki bentuk nilai. Setiap kata dalam bentuk puisi membentuk sebuah gambar dalam pikiran, dan gambaran itu adalah nilai itu sendiri. Musik, tak lebih kecil nilai-nya dari gambaran Sang Kekasih, karena musik adalah gambaran Sang Kekasih. Maka jika seseorang menyukai musik karena ia mencintai Sang Kekasih itu, sekarang apakah Kekasih? Atau di mana Kekasih itu? Kekasih adalah yang menjadi sumber nilai dan tujuan kita. Apa yang kita lihat dari Kekasih di depan mata ragawi kita adalah keindahan yang ada di depan kita. Bagian dari Kekasih kita yang tidak berujud dalam mata kita adalah bentuk batiniah dari keindahan nilai yang diwahyukan Sang Kekasih kepada kita melalui Nabi Saw. Oleh karenanya, karena keterbatasan manusia, ia tidak akan mampu melihat wujud Tuhan secara ragawi di dunia fana ini, jika ingin melihat Tuhan di dunia ini lihatlah Ia dalam bentuk kreasi-Nya dan seluruh ciptaan-Nya, sebab segala yang dicintai di dalam warna, baris dan bentuk, atau kepribadian segala yang dicintai dan bernilai adalah milik dari Keindahan sejati yang merupakan Kekasih seluruh makhluk. (Khan, 1996: 3-4). Ketika menelusuri sesuatu yang menarik dalam keindahan ini, yang dilihat dalam semua bentuk, maka akan diketahui, bahwa ini adalah gerak keindahan yang menggambarkan betapa agungnya nilai musik itu. Segala bentuk sifat, bunga-bunga yang dibentuk dan diwarnai begitu sempurna, planet, bintang, bumi semuanya memberikan gagasan tentang keselarasan, tentang nilai musik. Bila nilai musik diikuti dan dijiwai oleh para seniman musik (musisi), maka tidak diperlukan lagi nilai eksternal, suatu hari musik akan menjadi sarana mengekspresikan agama universal, walaupun memerlukan waktu, dan suatu ketika akan muncul bahwa musik dan falsafahnya menjadi agama manusia, sebagai konstatasi nilai efikasi musical terhadap pembinaan kepribadian sufistik/religi setiap insan. Pengertian tentang nilai musik, menunjukkan bahwa musik berada pada kedalaman eksistensi manusia. Musik ada di balik karya seluruh alam semesta. Nilai musik bukan hanya objek terbesar kehidupan, namun juga kehidupan itu sendiri. (Khan, 1996: 15). Seni sastra termasuk ke dalam jejak tertulis, jejak material yang dapat dipahami informasinya lewat media bahasa. Kemajuan teknik dapat mendatangkan kemudahan dalam menghadapinya. Sastra, baik yang tertulis maupun lisan, yang memberikan keterangan tentang masa lampau berupa informasi kepoada kita pantas disebut sebagai bahan-bahan dokumenter bagi studi sejarah. Sebagai bahan-bahan dokumenter, sastra memiliki kekhasan, ia bersifat naratif dan karenanya dapat dikategorikan sebagai accepted history; contohnya adalah babad, hikayat, sejarah (dalam arti klasik), tambo, dan kalau di Barat kronik dan annales (Soeroto, 1980:4). Sedangkan nilai sastra itu ada pada karya penciptaannya, berpengaruh atau tidaknya sebuah karya sastra terhadap perkembangan moralitas, etika kemanusiaan dan lain-lain. Untuk dapat menilai karya sastra haruslah diketahui norma-norma karya sastra. Sebab itu, kita tidak bisa meninggalkan pekerjaan mengurai atau menganalisis karya sastra. Setelah itu, kita hubungkan dengan penilaian kepad tiap-tiap lapis norma karya sastra dan kita kumpulkan kembali, yaitu memberi nilai secara keseluruhan kepada karya sastra itu berdasarkan nilai-nilai yang terdapat pada lapis-lapis norma itu yang berkaitan secara erat. Jadi, secara keseluruhan, nilai yang kita berikan sampai pada kesimpulan bahwa karya sastra itu bernilai tinggi atau kurang bernilai berdasarkan kualitas isi dari karya sastra itu, maka akan lahirlah nilai-nilai sastra qualified.

Sekilas tentang Group Musik El Surayya

Seni musik dengan aliran qasidah atau dikenal juga dengan irama padang pasir sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Arab dan India. Group ini menghimpun diri dalam sebuah wadah atau kelompok orkes musik yakni Orkes Musik El Suraya dari Kota Medan (1977-1990). Seni musik sebagai suatu peristiwa sejarah yang memerlukan penjelasan sebagai upaya menelusuri hal-hal (kondisi) yang ada sebelum suatu peristiwa terjadi atau bagaimana situasi berkembang sehingga terjadinya suatu peristiwa. Untuk itu akan dijelaskan apakah musik dalam kelompok orkes khususnya orkes musik El Suraya yang telah dipengaruhi oleh kebudayaan Arab dan India itu mengalami kemajuan atau bahkan kemunduran.
Orkes musik El Suraya adalah produk seni yang dibuat oleh seniman kota Medan sebagai wujud kreativitas. Meskipun karya seni musik aliran irama padang pasir ini awalnya tidak diperhitungkan sebagai kreativitas yang bisa menghasilkan keuntungan banyak tetapi akhirnya Orkes Musik El Suraya menjadi salah satu Orkes yang populer di kota Medan bahkan di Negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan lain-lain tahun 1977. Prestasi yang membanggakan bagi kota Medan, bahwa kota Medan memiliki sebuah Orkes musik yang diakui kemahirannya dalam segi aransemen, syair, dan lagu-lagunya dalam peta permusikan di Malaysia, dan Brunei Darussalam. Peran serta para seniman berbakat sangat berpengaruh pada perkembangan Orkes-Orkes Musik yang ada di kota Medan pada zamannya. Tanpa penanganan kreatif dari seniman itu sendiri, Orkes-Orkes Musik di kota Medan tidak akan mampu bersaing dengan Orkes-Orkes Musik lain yang berada diluar kota Medan ataupun di luar Negara Indonesia. Penyajian lagu yang sederhana dan lirik-lirik lagu yang baik membuat Orkes Musik El Suraya memiliki nilai plus dibanding Orkes-Orkes Musik diluar kota Medan dan diluar Indonesia. Walaupun situasi perkembangan musik saat itu sedang hangat-hangatnya melawan pengaruh dari budaya Barat. Hal ini menunjukkan bahwa Orkes Musik El Suraya tidak begitu mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan kurangya kesadaran masyarakat untuk mempelajarinya. Di tahun 1990 Orkes Musik El Suraya mengalami kemunduran karena kemunculan alat musik keyboard yang serba praktis, murah dan serba bisa untuk menghibur suatu acara. Perlahan tapi pasti, Orkes Musik El Suraya semakin pudar di pasaran dan akhirnya kota Medan harus merelakan Orkes-Orkes Musik pusat (Jakarta) bangkit dan meraih kembali menjadi pusat dari peta permusikan Indonesia dan dunia industri musik. Sumber : repository.usu.ac.id

Nasida Ria Seleksi Volume 6-10

Masih terngiang di telinga alunan syahdu album “Dunia dalam Berita” yang dibawakan Nasida Ria Group dalam volume 6 di samping ada beberapa album lainnya dalam album yang sama. Postingan kali ini kami tampilkan kembali 14 tembang hasil seleksi dari volume 6 sampai dengan 10, mudah-mudahan membawa kebahagiaan tersendiri bagi Anda setelah mendownload semua album ini.
01 Asyik Santai
02 Dunia Dalam Berita
03 Habibi
04 Oh Indonesiaku
05 Masya ALLAH
06 Khitanan
07 Anak Yang Shaleh
08 Air Zamzam
09 Lingkungan Hidup
10 Ingat Hari Depan
11 Wartawan Ratu Dunia
12 Masjid Tua
13 Abad Modern
14 Bersuka Ria

Nasida Ria Seleksi Vol 16-20

Penggemar Qasidah yang dimuliakan Allah !
Tidak bosan-bosannya kami selalu menghadirkan kepada anda semua tembang-tembang qasidah khususnya “Qasidah Modern” yang pada kesempatan ini kami hadirkan Album seleksi Volume 16 sd. 20 alunan syahdu Nasida Ria Group. Selamat mendowload, jika ada persoalan, laporkan kepada kami, Insya Allah akan kami selesaikan secara adat bersendikan syara’.
01 Dimana Mana Dosa
02 Syurga Ditelapak Kaki Ibu
03 Bersyukurlah
04 Masih Banyak Yang Halal
05 Keadilan
06 Maafkan Anakku
07 Manusia Seutuhnya
08 Pedoman Hidup
09 Dunia Semakin Panas
10 Cita Cita Si Miskin
11 Insan Dan Iman
12 Makin Banyak Orang Lupa
13 Di Padang Arafah
14 Lama Lama Sadar

Sekilas Pandang Group Musik Qasidah Nasida Ria

Sering kali kita mendengar, bahkan menyanyikan sendiri lagu "Perdamaian" yang dipopulerkan group band GIGI, atau lagu "Kota Santri" yang dilantunkan penyanyi Diva Indonesia Krisdayanti. Namun, sama sekali tidak disadari, kedua lagu tersebut merupakan rujukan lagu-lagu Qasidah Modern yang sebelumnya telah dipopulerkan oleh group musik Nasida Ria asal Semarang yang hingga kini masih melegendaris.
Group musik Qasidah Modern ini berdiri 1975 di Kauman Semarang yang hingga kini telah menelurkan 34 album berbahasa Indonesia dan dua album berbahasa Arab. Album perdana, Alabaladil Makabul, diproduksi 1978 di bawah PT Ira Puspita Record yang dipasarkan di dalam dan luar negeri. Nasida Ria berawal dari grup rebana yang berkat inovasi dan kreasi Mudrikah Zain, grup ini memiliki genre tersendiri, dengan ciri khasnya berupa artis dan musisi pendukung yang terdiri dari wanita berjilbab. Jika Qasidah Rebana lebih dominan menyanyikan lagu-lagu irama padang pasir, Nasida Ria mencoba mendobrak khasanah musik berirama serupa dengan kreasi yang dipadukan syair dan lagu berbahasa Indonesia. General Manager Nasida Ria Choliq Zain mengatakan Nasida Ria group musik Qasidah Modern pertama di Indonesia yang menyeruak tren musik pop, dangdut dan aliran Barat. Dalam line-up album Perdamaian, Nasida Ria, penyanyi jazz, Rien Jamain ikut menyumbang suaranya di tembang Asyik Santai. Warna vokal Rien menyatu dengan tarikan suara Mutoharoh, Nunung Muchayatun dan Nur’ain. Terbukti grup musik Qasidah Modern ini mampu menembus hiruk pikuk berbagai aliran musik, dengan sentuhan dan kreasi yang mengkombinasikan irama padang pasir ini menjadi disukai masyarakat. Nasida Ria tercatat telah menyambangi beribu tempat untuk mengisi acara, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan sejumlah lagunya yang sudah tidak asing di telinga penggemar seperti Shalawat Badar, Kaya Miskin Bahagia, Damailah Palestina, Magadir, dan Nabi Muhammad Insan Pilihan. Kiprah Nasida Ria antara lain mengisi Paket Acara Hari Raya Idhul Fitri di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta setiap tahun, Tour Show Silaturrahmi Djarum 76 di 16 Kota Jateng 2001-2004. Selain itu, group musik ini juga pernah tampil dalam Islamic Art and Cultural Perfomance di Batam Kepulauan Riau [2004] dan Isra' Mi'raj di Tanjung Pinang [2006], serta berbagai tempat di pelosok tanah air, baik undangan hajatan maupun acara resmi berbagai lembaga. Sementara di luar negeri, Nasida Ria juga dikenal, pernah tampil memenuhi undangan Kerajaan Malaysia pada peringatan 1 Muharam 1988, Berlin Maret 1994, undangan Haus de Kulturen derWelt [Lembaga Kebudayaan Jerman] dalam paket Die Garten des Islam [Pameran Kesenian Islam Dunia]. Masih di Jerman Juli 1996, group ini tampil dalam festival Heimatklange ‘96 ‘Sinbad Travels’ di delapan kota seperti Berlin, Reclinghousen dan Dusseldof, atas undangan Cultural Departement of The Senat of Berlin and Tempodrom, SFB, ORB, European Forum of Worldwide Music Festival. ”Atas kiprah dan pretasi yang telah ditorehkan itu, Nasida Ria banyak mendapat penghargaan, seperti Pengemban Budaya Islam dari PWI Pusat Jakarta [1989], Penghargaan Seni dari PWI Jateng [1992] dan Anugrah Keteladanan 2004 dari PRPP Jateng [2004],” ujar Choliq kepada Bisnis. "Regenerasi Nasida Ria" Namun, gema penggebrak aliran musik Qasidah Modern ini tampaknya terus meredup dan hanya muncul setiap menjelang Lebaran yang mungkin akibat dari kurangnya promosi. Choliq menyatakan beberapa tahun belakangan ini, publikasi Nasida Ria memang tidak begitu gencar, tetapi mereka masih tetap memiliki penggemar setia, yang terbukti dengan masih banyaknya tawaran manggung, baik di dalam maupun luar kota. Saat ini, dia menambahkan Reborn [lahir kembali] merupakan misi Nasida Ria dengan upaya regenerasi yang ditargetkan dalam tahun ini, melalui penyelenggaraan ‘Nasida Ria Mencari Bintang’ yang diharapkan dapat menggandeng sponsor. Upaya meregenerasi group musik Khasidah Modern ini cenderung membidik anak tidak mampu [yatim] dan belum memiliki basik musik, tetapi memiliki talenta suara Ngaji Tilawah Qiroah. “Biasanya kami mengambil anak-anak yatim lulusan SD/SMP untuk disekolahkan dan dididik secara intensif minimal satu tahun. Semua musisi dan pemain pembantu dalam group musik ini berawal dari sana, dan memiliki loyalitas tinggi,” jelasnya. Selain regenasi, Choliq mengungkapkan pihaknya juga ingin menyegarkan ingatan para penggemar lama dengan lagu-lagu hit kami dulu dan membuktikan pada khalayak group ini masih eksis. Pihak manajemen juga berencana untuk membukukan kisah perjalanan Nasida Ria sebagai satu kelompok Qasidah modern tertua di Indonesia, sekaligus mencatatkannya di Museum Rekor Indonesia (Muri). Saat ini, Nasida Ria juga telah memiliki group musik pendamping yang dimotori anak-anak M Zain, yaitu Choliq Zain [anak kedua] dengan grupnya El Muna, Hadziq [anak pertama] dengan groupnya Nidaria dan Felasufah [anak keempat] dengan groupnya El Hawa. Oleh Arief Novianto Kontributor Bisnis Indonesia dengan perubahan judul oleh penulis dan semua kata "Kasidah" kami ganti dengan "Qasidah"

Nasida Ria Seleksi Vol 3

Sewaktu kami jalan-jalan di sebuah kota di Aceh tepatnya Kota Kuala Simpang Kabupaten Aceh Tamiang tanpa sengaja singgah di sebuah toko kaset. Di sana kami menemukan beberapa album Group Nasida Ria dan salah satunya adalah album Nasida Ria Seleksi Volume 3 ini. Mengingat lagu-lagu dalam album ini merupakan hasil seleksi atau tembang-tembang terpilih, maka disela-sela kesibukan yang ada, kami berupaya mengubah lagu-lagu dalam kaset ini menjadi MP3 yang kami persembahkan kepada kita semua "komunitas pencinta lagu-lagu qasidah".
Mudah-mudahan sekecil apapun usaha yang kami lakukan ini dapat membawa manfaat kepada kita semua dalam mengembalikan memory masa lalu. Berikut link lagu-lagu tersebut :
01 Dunia Dalam Berita II
02 Resep Hidup Bahagia
03 Tahun Millenium
04 Jagalah Kehormatanmu
05 Prestasi Dunia Akhirat
06 Mutiara Kehidupan
07 Jilbab Busana Muslim
08 Mari Bersatu
09 Mata Hati
10 Shalat Membimbing Umat
11 Menyambut Abad 21
12 Neraca Keadilan

Nasida Ria Top Hits Vo. 9

Para pencinta Irama Gambus di mana saja, semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.
Setelah beberapa lama kami absen dari uploading tembang-tembang Qasidah atau Irama Padang Pasir, kali ini kami hadirkan kembali sebuah album dari Top Hits Nasida Ria volume 9. Album ini berisi 12 tembang yang penuh makna dan kenangan tersendiri bagi sebagian kita. Absennya kami dari upload diakibatnya banyaknya kesibukan dan beberapa hari berada di luar kota yang jangkauan internetnya masih sangat labil.
Untuk para penggemar albul qasidah khususnya lantunan Nasida Ria Group, saat ini sedang kami siapkan satu album lagi, mudah-mudahan dapat dinikmati dalam waktu dekat.
Untuk mengenang kembali masa-masa jaya Group Nasida Ria dalam lantunan syair-syair penuh makna dan hikmat, silahkan unduh saja masing-masing tembang berikut:
01 Mataharinya Dunia
02 Reformasi
03 Sesal Tiada
04 Kosong-kosong
05 Bom Nuklir
06 Munafik
07 Sebuah Nama dan Pedoman
08 Manis-manis
09 Terangilah Jalan Hidupku
10 Jangan Lakukan Dosa
11 Kunci Pintu Surga
12 Tantangan Hidup
 
Terima kasih atas kunjungannya, nantikan tembang-tembang berikutnya yang masih kami proses dan Insya Allah dalam waktu dekat dapat kami sajikan untuk Anda. Selamat bernostalgia !