Di kalangan masyarakat Sumatera Utara, terutama Medan,
ia dikenal sebagai penceramah agama, qariah, penyanyi qasidah, dan dosen.
Bahkan, perempuan berusia 64 tahun ini termasuk perintis kelompok nasyid di
wilayahnya. Sudah ratusan lagu dan kaset yang ia hasilkan.
Berikut petikan
wanwancara Debbi Safinaz dengan Hj. Nur Asiah Jamil yang dilakukan
sekitar tahun 2002.
Apa kegiatan Anda sekarang?
Berdakwah dan memenuhi undangan menyanyi. Selain itu, saya terus mengajar,
terutama untuk kelas Taman Pembacaan Al Quran (TPA). Kebetulan saya punya
Yayasan Perguruan Al Quran Nurul Asiah yang terletak di depan rumah saya.
Saya juga mengajar di Fakultas
Ushuluddin IAIN Sumut. Jadi, saya tugas rangkap baik sebagai qariah, artis
qasidah, dan berceramah. Selain itu, saya sering jadi juri Festival Nasyid dan
Dewan Hakim MTQ tingkat Provinsi.
Bisa diceritakan perjalanan Anda sampai bisa seperti sekarang?
Kalau
nama saya sampai dikenal, sebenarnya itu berkat kakak sulung saya. Dia sekolah
di Medan belajar Al Quran pada seorang guru, Setiap pulang ke desa kami Desa
Kotarih, Galang, Kabupaten Deli Serdang, saya dengar dia mengaji. Mendengar
Kakak mengalunkan ayat-ayat suci Al Quran, saya jadi tertarik.
Saat umur 4 tahun itu, saya sudah
belajar ngaji dan bisa membaca Al Quran. Lalu, umur 8 tahun saya sudah beberapa
kali katam Al Quran. Saya memang hobi baca Al Quran. Ketika kami sekeluarga
pindah ke Medan, saya meneruskan belajar Al Quran.
Usia berapa Anda bisa menghafal Al Quran?
Memang agak lama, ya. Saya baru hafal menginjak usia 21 tahun. Itu pun setelah
tiga tahun menghafal. Sebulan, saya bisa katam Al Quran sebanyak 3 - 4 kali.
Selesai salat, saya bisa selesai 2 - 3 juz. Selain baca Al Quran, saya mulai
jadi penyanyi qasidah. Akhirnya, antara baca Al Quran dan nyanyi qasidah berjalan
bersamaan.
Bagaimana ceritanya Anda menggeluti qasidah?
Dulu,
sih, namanya nasyid ya. Nasyid, kan, hanya pakai rebana. Sedangkan qasidah memakai
hampir semua alat musik. Suatu saat, sepupu saya mengajak saya belajar nasyid.
Dia bilang, suara saya bagus. Kami pun rajin latihan. Kebetulan, guru di kursus
nasyid itu rata-rata guru madrasah yang sering bermalam di surau milik ayah
saya di kampung.
Wah, bakat menyanyi Anda kian terasah, dong?
Saya termasuk andalan di kelompok orkes El Suraya yang dipimpin oleh mendiang
H. Ahmad Baki. Maklum, saya satu-satunya penyanyi wanita. Selama sepuluh tahun
bergabung di sana, kami sering diundang ke mana-mana. Baik di dalam maupun luar
negeri.
Lantaran giat menyanyi, apakah kegiatan baca Al Quran Anda tinggalkan?
Oh tidak. Tahun 1964 saya ikut MTQ tingkat dewasa di Sumut dan berhasil meraih
juara pertama. Memang ada, sih, yang bertanya, saya ini penyanyi atau qariah?
Soalnya, dua kegiatan ini saya lakukan berbarengan. Belakangan ini, saya sering
juga diundang sebagai penceramah.
Di masa itu, Anda termasuk laris sebagai penyanyi nasyid dan qariah?
Alhamdulillah. Pada tahun 60-an, sehari saya bisa memenuhi undangan di 18
tempat. Tentu saja masing-masing, tempatnya enggak berjauhan ya. Masing-masing
enam kegiatan di pagi, siang, dan malam.
Kala itu, undangan benar-benar menunggu saya. Saya tampil jadi qariah maupun
penyanyi. Honor yang saya dapat dari berbagai acara itu saya tabung. Hasilnya, tahun
1968, saya bisa membangun madrasah yang saya beri nama Yayasan Perguruan Al
Quran Nurul Asiah. Bersamaan itu pula saya mendirikan grup nasyid. Di yayasan
ini, mulai anak-anak sampai nenek-nenek bergabung untuk latihan nasyid.
Sudah ke mana saja Anda dan kelompok nasyid Anda manggung?
Saya sudah tampil mulai dari Sabang sampai Merauke. Apalagi, saat awal kelompok
kami dikenal orang. Banyak yang mengatakan, kami adalah kelompk nasyid Medan
yang sedang tumbuh. Biasanya, saat memenuhi uindangan ke satu provinsi, kami
keliling sampai sebulan penuh. Saat tampil di Aceh, Padang, Riau, dan
kota-kota lainnya, kami tampil sampai di kota kecamatan dan desa-desa.
Pokoknya, tiap hari sambung-menyambung tak putus-putus. Selain itu, kami pernah
keliling di seluruh negara ASEAN.
Wah,
enggak ada dukanya. Sungguh membahagiakan lagu-lagu kami diterima baik
pendengar. Bahkan, begitu datang kami langsung disambut dengan baik. Saya amat
bahagia. Artinya, apa yang yang saya kerjakan ini mendapat rida dari-Nya.
Lagu siapa yang biasa Anda nyanyikan?
Saya mencipta lagu sendiri. Memang harus begitu. Waktu itu, penyanyi nasyid
saja masih langka apalagi penciptanya. Mau tak mau, saya yang menciptakan semua
lagu yang dibawakan kelompok nasyid saya. Sampai sekarang sudah 500 lebih lagi
saya ciptakan.
Saya ingat, lagu ciptaan saya yang
pertama berjudul Belajar di Waktu Kecil. Orang suka mendengarkan syair yang
katanya menyejukkan itu. Itu sebabnya, saya makin sering diundang sebagai
penceramah. Jadilah saya berceramah, baca Al Quran, dan bernyanyi.
Sampai di mana kepopuleran lagu-lagu nasyid ciptaan Anda?
Lagu-lagu ini mencapai puncaknya ketika saya diajak rekaman lagu dakwah dan 30
juz Al Quran di Musica Studio, Jakarta. Setelah itu, saya rekaman lagi di tujuh
studio Jakarta tahun 70-an. Saya menyambut baik ajakan ini. Saya ingin agar
lagu bernuansa Islami lebih memasyarakat di tengah-tengah muslim. Waktu itu, jadwal rekaman saya sangat
ketat. Tapi, saya sangat menikmatinya. Dalam setahun saya bisa dikontrak 3 - 4
kali.
Apakah kaset Anda digemari masyarakat?

Kaset Anda sudah dipasarkan ke mana saja?
Sebenarnya saya ingin mengedarkannya ke seluruh Indonesia. Tapi, saya takut
karena begitu cepatnya kaset saya ini dibajak orang-orang yang tidak bertanggung
jawab. Buktinya, sehari saja kaset saya beredar, besoknya sudah ada yang
membajaknya. Misalnya saja album Panggilan Kabah dan Ya Robbi Barik. Kaset ini
sudah tersebar di Indonesia dan Malaysia.
Apa yang membahagiakan Anda selama melakoni profesi Anda?
Oh banyak. Salah satunya yang membuat saya terharu, selama ini kalau ada
perlombaan nasyid, lagu wajibnya selalu ciptaan saya. Mungkin itu yang membuat
banyak orang mengatakan, saya pencetus nasyid.
Sebenarnya susah enggak, sih, jadi penyanyi nasyid?
Kalau ada kemauan, semua itu enggak susah dikerjakan. Oh ya, seieing perjalanan
waktu, saya juga mendirikan kelompok qasidah dengan alat musik yang lengkap.
Kelompok qasidah saya terdiri dari delapan orang. Setiap anggota saya punya
keterampilan memainkan alat musik. Ada yang pegang gitar, biola, drum, dan
keyboard.
Bagaimana perkembangan musik qasidah sekarang ini?
Sampai sekarang kelompok saya masih sering dapat undangan pentas. Terutama pada
hari-hari besar Islam, syukuran, atau hajatan perkawinan. Dalam sebulan,
setidaknya kami tampil sekai. Hanya pada waktu Ramadhan sekarang kami stop
nyanyi dulu. Tapi, untuk ceramah jalan terus.
Demi memenuhi keinginan masyarakat,
sekarang kami tidak hanya menyanyikan lagu qasidah. Kami juga menyanyikan lagu
daerah, pop, bahkan dangdut. Namun, kami tetap menjaga penampilan. Yaitu harus
sopan dan bersahaja. Boleh nyanyi dangdut, tapi enggak perlu goyang. Sampai
sekarang, personel kelompok kami semuanya perempuan. Bukan apa-apa, kami ingin
grup kami khas perempuan.
Berapa tarif kelompok Anda?
Kalau nyanyi nasyid, tanpa alat musik, tarifnya Rp 700 ribu. namun, kalau
lengkap dengan alat musik harganya tentu lebih mahal. Sebagai contoh untuk
Kuala Simpang, kami pasang harga Rp 6 juta. Tapi, kalau sampai Padang, bisa mencapai
Rp 16 juta. Itu sudah termasuk ongkos transpor.
Apakah anak-anak mengikuti jejak Anda?
Saya punya empat anak Mabudin Nasyiri S. Sos (25), Ubbol Hairi, AMD, Ridho
Alawiyah (20) kuliah di FKIP UISU jurusan Bahasa, dan Rihla Rizky (19) yang
menuntut ilmu di Fakultas Teknik Mobil UISU. Di antara mereka, hanya Ridho yang
mengikuti jejak saya menyanyi qasidah. Saya enggak maksa, lho. Oh ya, suami
saya H. Fayakun Nawi, S.H., semasa hidupnya jadi seorang pengacara dan pernah
menjadi dekan Fakultas Hukum UMSU. Dia meninggal awal tahun 2001.
Saat senggang apa kegiatan Anda?
Selain sibuk sehari-hari menyiapkan untuk kebutuhan keluarga, saya sibuk
"merenovasi" pakaian-pakaian saya yang sudah kekecilan. Busana saya,
kan, masih banyak yang bagus. Dari pada dibuang lebih baik diperbaiki lagi.
Penghargaan:
- Juara I MTQ tingkat Provinsi Sumut
- Juara I tingkat Nasional MTQ di Banjarmasin
- Jjuara II MTQ Tingkat Internasional di Malaysia
- Juara I MTQ Tingkat Internasional di Arab Saudi
- Beberapa penghargaan lain yang diadakan organisasi-organisasi Islam.

- Tahun 1996 - 2002 : Mengasuh siaran belajar membaca Al Quran di RRI Nusantara I Medan.
- Tahun 1967 - 2002 : PNS Departemen Agama.
- Tahun 1968 - 2002 : Memimpin Yayasan dan Kepala Sekolah Nurul Asiah.
- Tahun 1995 - 2002 : Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sumut .
- Tahun 1995 - 2002: Memimpin grup musik wanita “Nada Sahara”.
Sumber : http://nostalgia.tabloidnova.com/articles.asp?id=1152
saya mempunyai poto hitam putih saat Hj Nur Asiah Jamil manggung dan ceramah di desa teupin pukat kecamatan meureudu tahun tertulis 1974. saya belum lahir kala itu...
BalasHapusBoleh berbagi?
HapusSyedara lon --berinisial-- dawat merah Yth.
BalasHapusMeuheut chit lon neuk kalon wajah Ibunda Hj. Nur Asiah Djamil ditahun 1974. Saran lon, neu scan photo nyan dan neukirem ke email ulon dg address:
ts5868@gmail.com
Tolong kepada siapa saja yang mengetahui keberadaan beliau kalau beliau ( H Nur Asiah Jamil) masih ada di mana saja untuk memberi tahu kepada saya alamatnya dimana ?, e_mail atau No Hp nya . Adik saya ngefans banget sama dia Hj Nur Asiah Jamil. Adik saya kepingin bertemu untuk melepas rasa rindu dendam nya dengan beliau dan sering menyanyikan lagu beliau sampai sekarang.
BalasHapusMendengarkan lagu-lagu Bunda Hj. Nur Asiah Djamil memang sangat menyejukkan hati, saya selalu teringat masa kecil ketika Ibu saya sering memutar Lagu Qasidah ketika kami mau tidur... terima kasih Bunda,semoga Bunda sekeluarga selalu diberi kesehatan, amien... salam kami dari Banjarmasin.
BalasHapusbagi yang tau alamatnya tolong di kasih ya. . Atau nomor hp yang bisa di hubungi.
BalasHapusSubhanallaah..
BalasHapusLagu-lagu beliau sangat menginspirasi saya, sekitar tahun 1978 ammi sering memutarnya. Adalah syair lagu "Jasa Ayah Bunda" yang jadi favorit saya sampai saat ini. Semoga Allah senantiasa memberkahi beliau...
telah lama saya mencari lagu bunda nur asiah jamil yang berjudul JASA AYAH BUNDA namun sampai saat ini belum saya jumpai,kalo boleh tau ada atau ndak yang menguploadnya,mohon di beri tau alamat dan nama blognya apa.....sebelumnya terimakasih banyak.....
HapusSAYA WAKTU MSH DI PESANTREN "DARUSSAADAH" CIKADUEN PANDEGLANG SITIAP PAGI SELESAI SHOLAT SUBUH SUKA DENGERIN LAGU2 HJ NURASIH JAMIL DARI TAPE NYA TETETANGGA YANG LETAKNYA TDK TERLALU JAUH DARI PESANTREN ITU DI ANTARANYA LAGU PETANI SAMPEI SEKANGAN SAYA MASIH TERKESAN DENGAN LAGU ITU,
BalasHapusTerima kasih atas kunjungannya, Silahkan bernostalgia dengan lagu-lagu yang kami upload dalam blog ini...
Hapushati menjadi tenang, suasana jadi damai ketika mendengar syairNya.
BalasHapusHj. Nur Asiah Jamil adalah idola saya di bidang seni musik dan qasidah
BalasHapuslagu2 bunda nur asiah jamil adalah lagu yang syarat dengan makna dan nasihat yang baik,.......saya dan keluarga sangat senang mendengarnya,terutama yang judulnya belajar di waktu kecil dan masa ke masa,pula lagu ingin selamat,terimakasih bunda nur asiah jamil,dan yang telah menguplod blog ini,semoga allah menunda usia anda dan tetap di berikan taufik hidayah NYA,beserta keluarga tak kuraang satu apapun,AMIIIN.....
BalasHapusMohon info kontak atau alamat beliau ke 081366000300 atau andanarp22@gmail.com
BalasHapusBeliau telah berpulang ke rahmatullah Desember 2014
BalasHapushttp://munsyeed.com/malay/2014/12/ikon-nasyid-hajah-asiah-djamil-meninggal-dunia/
Saya sejak tujuh tahun telah mengenal nasyid qasidah nur Asiah Jamil sampai sekarang namun yg paling berkesan lagu panggilan haji dan musafir,karena sering menyimak alunan lagunya sehingga saya secara alami dapat ketrampilan bersuling,walaupun beliau telah tiada namun da,wah nya masih hidup dalam alam raya lewat lagunya
BalasHapusMohon maaf numpang nnya apa masih hidup hjh nur asiah djamil terima kasoh mohon maaf
BalasHapusterima kasih infonya tentang Hj. Nur Asiah Jamil dan semoga beliau di tempatkan oleh Allah SWT ditempat yang layak.
BalasHapus